Setelah produk kayu hutan banyak ditolak negara-negara maju, maka rotan juga merupakan alternatif komoditas hasil hutan yang masih bisa diterima oleh negara maju. Namun hanya dengan mengandalkan pengambilan dari dalam hutan, suatu ketika nasib komoditas ini juga akan habis seperti halnya kayu. Padahal negara-negara sub tropis, terutama MEE, AS, dan Jepang, sangat tergila-gila pada produk rotan, terutama meubelnya. Sebab dibanding dengan bambu, rotan punya banyak kelebihan. Misalnya, panjang rotan bisa mencapai lebih dari 100 m. Elastisitas rotan juga lebih tinggi dibanding dengan bambu. Kelemahan utama rotan adalah, belum populer dibudidayakan.
Padahal budidaya rotan relatif mudah. Di Kalimantan Selatan (Kalsel) dan Kalimantan Barat (Kalbar), sudah banyak petani yang membudidayakan rotan, di antara tegakan tanaman karet yang telah tua. Ketika kebun karet ini diremajakan, hasilnya berupa kayu karet dan rotan. Budidaya rotan mutlak memerlukan pohon panjatan, sebab rotan dengan batang paling besar sekali pun, tetap memerlukan tumbuhan lain sebagai panjatan. Terlebih rotan dengan batang berukuran kecil (sebesar pensil). Rotan memerlukan pohon lain sebagai panjatan, agar bisa mengejar sinar matahari. Untuk itu, daun rotan dilengkapi dengan “cambuk” dan duri-duri pengait sebagai alat memanjat.
Budidaya rotan relatif cukup menguntungkan, sebab sekali tanam, tumbuhan ini hampir tidak memerlukan perawatan sama sekali. Dia akan tumbuh menjalar di sela-sela tajuk pohon yang dijadikan panjatan, sampai tiba saatnya untuk dipanen. Meskipun seluruh permukaan tangkai dan pelepah daun rotan ditumbuhi duri tajam yang sangat rapat, tetapi manen rotan bisa dilakukan dengan sangat mudah. Para pengambil rotan, akan selalu mencari pucuk tanaman. Kemudian pucuk itu dipangkas dan dikupas. Setelah ujung rotan itu bisa ditangkap, tinggal menarik sekaligus menggulungnya. Batang rotan yang tertarik itu sudah bersih karena langsung terkelupas dari pelepah daunnya yang berduri.
==========================================
Rotan masih termasuk keluarga palm, dari suku Calameae, dengan 17 genus, yang terdiri dari sekitar 611 spesies. Genus rotan adalah Calamus; Calospatha; Ceratolobus; Daemonorops; Eremospatha; Eugeissonia; Korthalsia; Laccosperma; Metroxylon; Myrialepis; Oncocalamus; Pigafetta; Plectocomia; Plectomiopsis; Raphia; Zalacca; Zalacella. Rotan Metroxylon, sebenarnya masih satu genus dengan sagu. Sementara rotan Zalacca masih satu genus dengan salak. Dari 611 spesies rotan itu, paling banyak terdapat di Indonesia yakni 246 spesies. Malaysia 205, Filipina 84, Brunei 81, Thailand 69, India 60, RRC 57, Papua Nugini 42, Laos 29, Myanmar 27, Vietnam 21, Singapura 18, Kamerun 17, Ekuator Guinea 12, Bangladesh dan Nigeria 11, Sri Lanka 10, Australia 9, Angola 8, Bhutan, Ghana dan Zaire 7, beberapa negara di Afrika, Asia dan Pasifik 5 sd. 1 spesies.
Dari 246 spesies rotan yang kita miliki, beberapa diantaranya merupakan rotan komersial yang kualitasnya sangat baik. Misalnya rotan manau (Calamus manan), rotan lilin (Calamus javensis), rotan irit (Calamus trachycoleus), rotan jernang besar (Daemonorops draco), dan rotan manis (Daemonorops melanochaeta). Disebut rotan manis, karena spesies ini umbutnya (rebungnya) manis dan enak disayur. Batang rotan masif, tidak berongga seperti halnya bambu, dan banyak menyimpan air. Setelah pucuk tanaman dipotong, kalau bagian pangkalnya juga dipotong, akan mengucur air yang segar dan bisa diminum. Selain segar, air ini juga mengandung banyak nutrisi. Batang rotan inilah yang merupakan komoditas penting.
Batang rotan terdiri dari kulit luar yang licin dan kuat, biasanya digunakan untuk bahan anyaman, serta bagian dalamnya yang lunak. Ukuran batang rotan mulai dari diameter 0,5 cm, sampai diameter 10 cm. Hingga manfaat batang rotan juga sangat beragam. Mulai dari untuk tali, bahan anyaman, misalnya untuk lampit, semacam tikar khas Kalimantan, untuk keranjang, dan yang terutama adalah untuk meubel. Terutama kursi rotan, yang pasarnya di MEE, AS, serta Jepang sangat bagus. Punya kursi rotan, di Eropa, AS dan Jepang jauh lebih prestisius dibanding dengan punya kulkas bahkan juga mobil. Sebab nilai satu set meubel rotan, lebih tinggi dari harga mobil.
Karenanya, secara ekonomis prospek budidaya rotan sangat baik. Tidak mungkin hasil panen rotan harganya jatuh atau tidak terjual. Harga rotan budidaya, bisa lebih rendah dibanding rotan yang diambil dari hutan, sebab semakin lama lokasi pengambilan rotan semakin jauh masuk ke dalam hutan. Biaya angkut rotan alam melalui darat dan sungai juga sangat tinggi. Lahan budidaya rotan umumnya berada dekat jalan raya maupun sungai, hingga biaya angkutnya menjadi lebih rendah dibanding rotan hutan. Selain itu, panen rotan budidaya juga lebih mudah dan sekaligus lebih murah dibanding mengambil rotan dari dalam hutan.
Meskipun rotan bisa dibudidayakan dari anakan (tunas pangkal batang), tetapi umumnya budidaya rotan menggunakan benih generatif dari biji. Buah rotan mirip dengan salak, namun bentuknya bulat. Kulit buah juga bersisik. Seperti halnya keluarga palem, buah rotan terdapat dalam tandan dan seludang. Ukuran buah, sangat tergantung dari ukuran batang rotan. Ada yang sebesar bola ping-pong, bola bekel, ada pula yang hanya sebesar kelerang. Buah rotan umumnya berbiji tunggal, dengan daging buah yang tipis dan rasanya sangat kelat (sepet). Namun binatang hutan banyak yang mennyukai buah rotan, yang dimakannya dengan menelan langsung berikut bijinya. Ini merupakan upaya penyebarluasan spesies yang efektif.
Buah rotan yang akan digunakan sebagai benih, dipilih yang benar-benar sudah tua. Buah ini dipisahkan dari kulit serta daging buahnya yang sangat tipis itu, dengan cara pulping. Caranya, buah ditaruh dalam keranjang yang kuat, lalu ditumbuk (digilas) dengan penumbuk yang berat, namun dioperasikan dengan pelan-pelan agar kulit dan daging buah terkelupas, namun bijinya tidak pecah. Buah yang telah dipulping, difermentasi dengan cara dibiarkan dalam onggokan sekitar 24 jam. Setelah itu biji dicuci bersih dengan air yang mengalir. Pada waktu pencucian inilah biji bisa digilas dengan kaki yang terbungkus sepetu boot.
Buah rotan yang sudah bersih, dikering anginkan, dengan cara dihamparkan di tempat teduh. Pengeringan dilakukan antara dua sampai tiga hari. Setelah agak kering, biji direndam dalam Zat Perangsang Tumbuh yang dilarutkan dengan air hangat, selama sekitar 10 sampai dengan 20 menit. Setelah itu biji disemai. Penyemaian bisa dilakukan langsung dalam bedeng penyemaian dengan media pasir dan humus. Bisa pula dengan menumbuhkannya terlebih dahulu dalam kotak atau keranjang penumbuhan yang diisi pasir dengan humus. Setelah biji rumbuh, baru dipindah ke polybag. Seluruh proses penyemaian rotan, harus terlindung dari terik matahari, hingga perlu diberi naungan paranet 50 sd. 60%.
Benih yang telah tumbuh setinggi 0,5 sd. 1 m. bisa langsung dipindah ke lokasi penanaman. Karena rotan mutlak memerlukan pohon panjatan, maka budidaya rotan harus dilakukan para tanaman karet tua, atau tanaman HTI (Hutan Tanaman Industri). Tanaman hutan yang masih mungkin dipanjati rotan adalah albisia (sengon, jeungjing, Albizia moluccana); mahoni (Swietenia macrophylla); sanakeling (Dalbergia sissoides); dan jati (Tectona grandis). Pinus (Punus merkusii) dan akasia (Acasia mangium), tidak mungkin ditumpangsari dengan rotan, karena dua tumbuhan ini mengeluarkan zat alelopati, yang mengakibatkan tumbuhan lain sulit untuk hidup di dekatnya.
==========================================
Penanaman rotan sebenarnya juga bisa dilakukan serentak bersamaan dengan tanaman karet yang masih muda yang masih produktiv. Asalkan penanamannya diatur, hingga tanaman rotan yang penuh durri itu tidak menyulitkan penyadapan getah karet. Kalau pangkal batang rutan itu bisa langsung memanjat naik, hingga hanya membelit dan menjalar pada bagian tajuk karet, maka duri-duri rotan itu tidakakan menyulitkan penyadapan. Penanaman rotan bersamaan dengan karen, lebih menguntungkan, karena begitu tanaman karet sudah tidak produktiv, segera bisa diremajakan dengan hasil kayu dan rotan sekaligus.
Panen rotan budidaya, sama dengan pengambilan rotan di hutan. Pertama-tama dipangkas pucuknya, dikupas, lalu bagian batang yang sudah bersih itu ditarik sambil terus digulung. Duan dan pelepah rotantidak akan ikut tertarik, karena dilengkapi dengan duri pengait yang sangat kuat pada ekor (cambuk) yang terdapat pada ujung daun. Hingga begitu ditarik, batang rotan itu akan lengsung mengelupas dari pelepahnya yang penuh dengan duri. Batang rotan yang baru saja dipanen, langsung dipotong sesuai dengan ukuran yang dipersyaratkan dalam perdagangan. Setelah terpotong, rotan dikering anginkan dengan cara ditaruh di para-para di tempat yang teduk.